Senin, 24 Januari 2011

KINI KU TAHU...



Experience is the best teacher, kayanya semboyan ini emang pas banget ya, dalam banyak hal seringkali kita belajar dari pengalaman yang terjadi, baik itu pengalaman sendiri, maupun pengalaman orang lain. Seperti halnya peng­alamanku berlibur di kampung paman, didaerah Pengalengan. Selama hampir dua minggu disana, banyak  kegiatan baru yang aku kerjakan bersama paman dan bibiku, mulai dari menyapu halaman yang luas banget, memupuk tanaman sayur, sampe memotong rumput dan memberi makan untuk ternak. Awalnya sih cape, tapi lama kelamaan asyik juga, salah satu yang paling kunikmati adalah mengamati tanaman sayuran, mulai dari  proses menanam, memupuk, meny­iram, sampai panen.
Ternyata untuk bisa mendapatkan sayuran yang berkualitas, kita juga harus memperhatikan proses pemupukan, mulai dari jenis pupuk, sampai proses pemupukannya. Paman menggunakan pupuk kompos untuk tanaman sayuran, pemupukannya sendiri bergantung pada jenis tanamannya. Dan untuk bisa memupuk sayuran dilahan yang cukup luas ini, paman harus merogoh kocek yang tidak sedikit untuk membeli pupuk kompos. Menurut paman, sebenarnya pupuk kompos itu bisa dibuat sendiri, namun selain prosesnya lama, paman juga ku­­r­­ang memahami cara pembuatan kompos yang berkualitas, sehingga dikha­watirkan jika pupuknya tidak bagus, maka akan berpengaruh pada kualitas tanamannya.
Berbekal dari pengalaman itu, aku tergerak untuk mempelajari proses pembuatan pupuk kompos yang berkualitas, dan tempat yang aku tuju untuk melakukan observasi ini adalah Vila Botani. Selain tempatnya yang nyaman, udara yang sejuk, dan pemandangan yang bagus, disini aku juga bisa melihat dan bertanya langsung pada karyawan yang bertugas membuat kompos.
Dan hari yang direncanakanpun tiba, di vila botani, aku ditemani oleh Pak Acep dan Kang Herman, beliau inilah yang bertugas membuat kompos, mulai dari menyiapkan bahan-bahan, sampai proses pengarungan. Ternyata, membuat kompos itu tidak semudah yang kubayangkan, selain menggunakan banyak bahan campuran, juga perlu diperhatikan prosesnya. Misalnya, untuk membuat satu gundukan kompos,diperlukan bahan-bahan antara lain : 7 krg kotoran kambing , 2 krg kotoran ayam (diusahakan yang masih segar), 15 krg rumput, 2 gedebong pisang, 3 pikulan sampah dari daun kirinyu/ kisutra/dawolong (papaitan), 2 karung daun bambu, 4 ember air kencing kambing, 2 Kg dolomite. Bahan –bahan tersebut diatas, tentu saja diperoleh dari sampah-sampah tumbuhan, dan kotoran hewan yang di pelhara di Vila Botani.
Prosesnya, diawali dengan pemotongan sampah rumput dan daun - daun dengan menggunakan mesin pencacah. Daun-daun yang sudah dicacah, panjangnya menjadi kurang lebih 5 cm, jadi cukup halus, kemudian dicampur dengan kotoran hewan dan disiram dengan air kencing kambing yang sudah disisapkan, kemudian diaduk dengan menggunakan skop dan dibubuhkan dolomit hingga tercampur rata. Setelah diaduk, tumpukan bahan-bahan tersebut ditutup rapat dengan terpal. Setelah dua minggu, terpal dibuka dan kemudian bakal kompos tersebut diaduk kembali, atau di balik supaya merata, setelah itu ditutup terpal lagi, dan proses itu terus dilakukan secara berulang setiap dua minggu sekali sampai dengan dua bulan.
Pupuk  kompos yang sudah siap pakai biasanya warnanya berubah menjadi hitam, dan aromanya harum. Dalam sebulan, Vila botani bisa menghasilkan100-150 karung pupuk kompos siap pakai. Jadi, selain tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli pupuk kompos, proses pembuatan pupuk kompos ini juga sudah membantu mengurai sampah-sampah organik yang berasal dari tanaman-tanaman dan kotoran hewan ternak di vila botani itu sendiri.
Wah seru juga ya bisa melihat langsung proses pembuatannya, dan ada pengalaman paling lucu selama aku mengikuti proses ini. Awalnya aku ga percaya waktu dibilang, kompos yang sudah jadi itu baunya harum. Tentu aku ga percaya, karena bahan campurannya kan kotoran dan air kencing ternak. Tapi, karena ga mau pulang dengan rasa penasaran, akhirnya aku meraup segenggam kompos yang sudah jadi, dan waktu ku cium, ternyata memang harum, meskipun harumnya beda dengan harum parfum. Ga percaya??? Coba datang dan langsung aja buktikan di Vila Botani, disana kita bisa berekreasi, sekaligus belajar dan observasi langsung tentang banyak hal.Lebih jelasnya klik aja di www.vilabotani.com.